coba2 nulis novel. 
PROLOG
Aku duduk di teras rumah memandangi setiap rintik hujan. Sebenar nya aku tak terlalu menyukai hujan . bagiku hujan menggambarkan kesedihan dan aku tak pernah menyukai itu. Walau hati ku pedih, sedih aku lebih baik menutupi semua itu . dari siapapun, terutama dia. Dia yang selalu mengetahui setiap tingkah laku ku. Dia yang membuatku percaya akan cinta dan seketika itu juga membenci nya. Tak pernah aku membayangkan cerita cinta yang rumit dn romantis di kehidupan ku . rasa nya juga aku tak pernah mempercayai cinta sampai dia datang ke hidup ku. Membuktikan bahwa ada cinta di dunia ini. Dn tak selama nya hujan menjadi gambaran kesedihan. 
AWAL CERITA KU
BERBEDA. 
Itulah kalimat yang sering ku dengar dari orang di sekitar ku. Sejak kecil, aku hidup dalam kemewahan, aku hidup dlam kemegahan dan tak kekurangan apapun selain kasih syang. Ibuku meninggal ketika aku berumur 1 tahun dan sejak ibu meninggal, ayah lebih banyak menghabiskan waktu di luar ketimbang mengurusi kami. Anak ny.. 
Ketika ibu ku meninggal, aku tak seperti kebanyakan anak yang lain ny. Aku mengerti dia tak akan pernah kembali,aku mengerti alas an dia meninggalkan kami-penyakit kanker otak yang merebut ibu ku. Tak seperti kebnyakan anak… aku lebih banyak diam. Aku pandai membaca dan menguasai 3 bahasa dlam umur 6 tahun tanpa diketahui oleh orang di sekitarku, terutama saudaraku Evan dan Irfan. Aku tak tahu kenapa, hanya saja aku tak suka bergaul dengan anak-anak seumur ku. Aku suka menonton berita dn diam . aku tak perlu bicara selain ketika aku puny sesuatu untuk dibicarakan-ketika makanan ku panas, atau ketika aku ingin sendiri-mereka tak mempedulikan nya, mereka fikir ini karena psikologis ku kurang baik sejak ditinggal ibu. Tapi aku tau itu tak benar, aku tau karena aku mengenali diriku sendri. Ini sifatku.
Pada saat umurku 8 tahun., Aku lebih suka berdiam di kamar dan membaca buku.ketimbang bermain masak-masakan bersama teman sekitar. di saat itu lah aku menemukan benda itu . dengan warna putih berkarat, kunci itu ku pegang ragu. Selama ini aku tak pernah begitu memperhatikan masalah keamanan di rumah ku . terutama untuk kunci rumah. Aku memperhatikan dengan jelas di kunci itu , persis di bagian kepala ny yang sedikit berkarat tertulis nama ku. TIA.
Ntah kenapa kunci itu bagai misteri bagi ku . seperti ia memaksa ku untuk beranjak dn mencari lubang pintu, laci, lemari atau apapun yang pas untuk ny, seperti ia menarikku untuk mengetahui sesuatu, sesuatu yang penting dan harus ku ketahui. Aku menggenggam erat kunci itu dn bergegas keluar kamar. Di saat itu hanya ada pembantu yang sedang memasak di dapur. Rumah ini berlantai dua. Dan aku memulai dari lantai atas. Di ruang atas ada 5 ruangan termasuk ruang balkon nya. Ruang balkon tepat di depan menghadap pekarangan rumah. Aku ingat ruang itu sering digunakan ibu dan ayah untuk duduk santai jika hari libur. Atau dimana kami bersenda gurau bersama. Di samping ruang balkon ada 2 kamar tamu , dn di depan kamar tamu ada gudang dan perpustakaan.  Aku melihat setiap lubang pintu. Di samping ny tergantung kunci masing-masing dan yg jelas semua lubang pintu itu tak ada yg cocok dengan kunci yang ku genggam sekarang. Pertama karena lebih dekat dengan ku aku memilih kamar tamu . kamar ini memiliki 1 lemari persis di depan tempat tidur, dan sebuah kamar mandi,aku mengamati setiap kemungkinan kecocokan kunci ku dengan setiap lubang kunci yang ada di lemari atau di kamar mandi, tapi tetap saja tak adayg cocok. Tapi aku tak menyerah, aku bergegas ke ruang yg ada di depan ny , ruang perpustakaan. Ruang perpustakaan ini adalah ruangan yang paling luas di lantai 2 ini. Karena keluarga ku suka membaca buku dan mengoleksi lukisan-lukisan antic dan setiap lukisan yang kami suka ada ukiran nama kami di atas ny . seolah-olah itu adalah lukisan yang kami buat. Aku mengamati setiap lubang kunci di perpustakaan ini. Lemari-lemari buku atau laci-laci meja, karena ada 2 meja di sini aku dengan teliti mengamati ny tapi tak ada satu pun yang cocok, dan ketika aku bergegas keluar. Perhatian ku terhenti pada lukisan kecil tepat di atas kepala ku itu . lukisan ibu dan anak perempuan yang saling menatap penuh kasih dan syang, dengan tangan saling menggenggam seakan tak ingin dan tak akan pernah terpisahkan oleh apapun . aku mengamati ny . rindu akan seseorang  yg seharus ny ada di sini dan menjadi seperti lukisan ini, ibuku. Tapi aku tak rela mengeluarkan tangisan. Aku tau itu akan membuat ny sedih di sana. Dan di saat itu lah aku mengamati ukiran nama ku . ukiran itu mirip dengan ukiran di kunci ini. TIA
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar